Minggu, 24 Maret 2013

si beringin tua itu, mama.

tiga puluh tahun lagi, tidak pernah terbesit memikirkan akan kehilangan mama dan tak pernah terbesit dalam benak kemana aku akan pergi.
tiga puluh tahun lagi, aku yakin semua yang aku miliki perlahan pergi, pupus, dan lapuk.
seperti kelopak mata yang kian bertahun kian berkantung.
coba kita tengok si besar nan rindang pohon beringin, yang semakin tahun, semakin besar, semakin kuat semakin berani dan semakin di segani. kita tak pernah tahu kalau di dalam sana ada semut-semut, rayap rayap yang menggerogoti,
kita tak pernah tahu, rapuhnya dia begitu cepat, tapi tertutup. dia benar-benar rapi menyimpan semua itu. rahasia akan terungkap jika si tua beringin itu jatuh karena tak kuat menopang beban yang harus ia panggul, angin yang begitu kuatnya membuat jatuh dan menangis.

sama saja ketika aku memandang wajah mama,
menangis rasanya melihat senyumnya yang sebenarnya rapuh, wajahnya yang sebenarnya ada adalah wajahnya di balik hatinya.
kita tak pernah tahu, arti dari ucapan janji, tapi bagi si beringin tua nan kuat, janji adalah akarnya, yang menguatkan ia hidup hingga ratusan tahun. nantian nantian yang kita janjikan, menjadi akar kehidupan bagi si beringin tua, MAMA.
janji kita untuk tetap ada di sisinya, janji kita untuk sukses, janji kita untuk memberikan kasih sayang padanya untuk selamanya, dan janji kita untuk bisa lebih memiliki waktu untuknya.
dan, ketika dia pergi meninggalkan, dan kitapun tidak memiliki apa apa untuk di janjikan, ia tetap pergi dengan senyuman. tetap pergi dengan sapaan kecil, dan kalimat syahadat.

mama :) aku cinta kamu :)
mama, doaku akan menyertaimu :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar